ASTRONOMI

SEMESTER I

Senin, 26 Mei 2014

Waktu Yang Tepat kalibrasi Arah Kiblat



Oleh : M. Ihtirozun Ni’am


Banyak cara yang bisa dipakai dalam menentukan arah kiblat. Bisa dengan menggunakan rubu’ mujayyab, sun dial, theodolit, mizwala ataupun peralatan-peralatan lainnya. Akan tetapi dari sekian banyak cara tersebut, hanya orang-orang tertentu saja yang bisa mengimplementasikannya, dalam hal ini yaitu ahli falak. Karena kebanyakan orang sudah minder terlebih dahulu ketika dihadapkan dengan rumus-rumus dan perhitungan-perhitungan matematis guna menentukan arah kiblat. Maka, mengukur arah kiblat menjadi hal yang sakral yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.
Padahal, mengingat menghadap kiblat dalam shalat merupakan salah satu dari syarat sahnya shalat yang mana bila tidak dipenuhi maka bisa menyebabkan tidak sahnya shalat seseorang, maka seharusnya menentukan arah kiblat ini menjadi salah satu skill yang harus dimiliki oleh setiap orang Islam guna memenuhi tuntutan peribadatan. Pertannyaanya kemudian, adakah cara praktis yang bisa dilakukan oleh orang awam guna menentukan arah kiblat tanpa harus menghadapi rumus-rumus yang rumit dan perhitungan yang sulit?
Maka, rashdul kibat-lah jawabanya. Rashdul kiblat merupakan suatu fenomena dimana pada waktu tersebut matahari tepat berada di titik kulminasi atas Ka’bah, yakni di titik bujur 39 derajat 50 menit dan di lintang 21 derajat 25 menit LU (Lintang Utara). Dengan begitu, bayangan benda dari manapun yang terbentuk pada waktu itu akan selalu mengarah ke Ka’bah. Analoginya bila di dalam suatu ruangan dipasang lampu. Kemudian tepat di bawah lampu tersebut ditaruh sebuah kardus. Di sebelah kiri dan kanan kardus tersebut diberdirikanlah sebuah pulpen. Maka, pulpen yang berada di sebelah kanan kardus akan mempunyai bayangan yang memanjang ke kanan dan mengarah ke kardus. Begitu pula pulpen yang diberdirikan di sebelah kiri kardus. Pulpen tersebut akan mempunyai bayangan yang memanjang ke kiri dan mengarah ke arah kardus. Begitu pula bila pulpennya diberdirikan di arah utara, selatan, barat dan timur kardus. Maka bayangannya pun akan mengarah ke kardus tersebut.
Analogi sederhana tadi memberikan gambaran kepada kita bahwa jika Matahari tepat berada di atas Ka’bah, maka bayangan benda di manapun akan mengarah ke Ka’bah. Kita akan mengetahui lebih tepatnya bila benda yang kita jadikan acuannya diberdirikan di tempat yang datar. Maka garis yang terbentuk akan teratur.
Adapun waktu tepatnya peristiwa rashdul kiblat ini terjadi adalah ketika matahari berada di titik kulminasi atas Ka’bah, yakni pada tanggal 28 Mei jika tahunnya basithah (bukan kabisat) dan tanggal 27 Mei jika tahunnya kabisat, pada pukul 11:57:15 waktu Saudi. Karena selisih antara waktu Saudi dan Waktu Indonesia Barat adalah 4 jam 20 menit 40 detik, maka secara bersamaan ini akan terjadi di Indonesia pada pukul 16:17:55 WIB (Waktu Indonesia Barat).
Fenomena ini akan terulang kembali pada tanggal 15 Juli (jika tahunnya kabisat) dan 16 Juli (jika tahunnya basithah) pada pukul 12:6:4 waktu Saudi atau pukul 16:26:44 WIB (Waktu Indonesia Barat). Jadi, pada tahun 2014 ini ada 2 kali kesempatan untuk menentukan aah kiblat dengan mudah, tanpa melakukan perhitungan terlebih dahulu.
Mengenai langkah-langkah dalam prakteknya di lapangan yaitu : Pertama, letakkan tongkat yang tegak di bidang yang datar. Bisa dengan melihat tiang bendera atau pun tiang listrik. Pastikan bidang yang menjadi tumpuan tongkat tersebut benar-benar datar. Dalam hal ini, untuk mengetahui kedatarannya bisa menggunakan waterpass. Kedua, cocokkanlah jam yang dipakai dengan waktu yang benar-benar tepat. Informasi mengenai wakt ini bisa diperoleh lewat radio, televisi maupun internet. Ketiga, perhatikanlah bayangan yang muncul dari tongkat tersebut ketika pukul 16:17:55 WIB (pada tanggal 28 Mei) atau pukul 16:26:44 (pada tanggal 16 Juli). Bayangan yang terbentuk dari tongkat tersebut adalah arah kiblat.
Cara ini bisa dilakukan dimanapun, tidak terbatas pada tempat tertentu. Maka dari itu, hendaknya pada waktu tersebut tidak hanya dilakukan pengecekan arah kiblat masjid, atau pun musholla, tapi juga dilakukan pengecekan arah kiblat tiap-tiap rumah. Supaya shalat yang dilakukan sehari-hari dapat lebih mantap dengan mengetahui arah kiblat yang benar.