ASTRONOMI

SEMESTER I

Senin, 07 Juli 2014

“Melestarikan Dan Mengembangkan Khazanah Keilmuwan Astronomi Islam”




Pengenalan Rubu’ Mujayyab

Disampaikan Oleh M. Ihtirozun Ni’am
dalam pelatihan falak Di Pondok Pesantren Ma’had Islam Sarean Kendal (MISK)
hari Ahad, tanggal 11 Mei 2014

A.    Pengerian Rubu’ Mujayyab
Secara etimologis, rubu’ berarti seperempat. Al-Qur’an memakai kata rubu’ dalam surat An-Nisa’ ayat 12 :
 وَلَكُمْ نِصْفُ مَا تَرَكَ أَزْوَاجُكُمْ إِن لَّمْ يَكُن لَّهُنَّ وَلَدٌ فَإِن كَانَ لَهُنَّ وَلَدٌ فَلَكُمُ الرُّبُعُ مِمَّا تَرَكْنَ مِن بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِينَ بِهَا أَوْ دَيْنٍ
Artinya : Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya (Q.S. An-Nisa’ :12).
Sedangkan kata mujayyab adalah isim maf’ul dari fi’il madhi jayyaba yang merupakan pengembangan dari masdhar jaibun dengan fi’il madhi jaaba. Mujayyab berarti “diberi sinus”. Penamaan instrumen ini dengan memakai kata rubu’ karena memang bentuk dari instrumen ini berupa seperempat lingkaran. Dan penamaannya digabung dengan kata mujayyab (yang berarti : sinus), bukan jaibut tamam (yang berarti : cosinus) atau ad-dhil (yang berarti : tangen) karena sinus adalah istilah pertama kali yang muncul dalam kajian trigonometri dan merupakan acuan perhitungan bentuk trigonometri yang lain seperti cosinus dan tangen. Cosinus adalah singkatan dari complementary sinus (pelengkap sinus) dan tangen adalah hasil bagi antara sinus dengan cosinus. Di samping karena dalam instrumen seperempat lingkaran ini diberi suatu konstruksi yang dalam tataran praktis teoritis digunakan untuk menghitung nilai sinus.
            Sedangkan secara terminologis, rubu’mujayyab adalah suatu alat hitung yang berbentuk seperempat lingkaran untuk hitungan goneometris. Rubu’ biasanya dibuat dari kayu atau semacamnya yang salah satu mukanya dibuat garis-garis skala sedemikian rupa. Alat ini sangat berguna untuk memproyeksikan peredaran benda-benda langit pada bidang vertikal. Dalam istilah astronomi, rubu’ juga disebut sebagai kuadran.
  1. Sejarah Rubu’ Mujayyab
Quadran Sebelum Masa Islam
Menurut R. Darren Stanley, Rubu’ yang dalam kalangan ilmuwan eropa dikenal dengan nama quadran sebenarnya telah ditemukan sejak sekitar abad ke-2 masehi oleh Ptolomeus dan astronom Yunani lainnya. Quadran Ptolomeus terbuat dari papan kayu atau batu dan berbentuk seperempat lingkaran yang terbagi ke dalam 90 derajat. Selanjutnya, pada bagian tengah quadran tersedia konstruksi yang memberikan informasi jarak Matahari dihitung dari zenit pada garis meridian. Dari penemuan ini, Ptolomeus mampu menentukan waktu dan menentukan ketinggian Matahari pada musim panas maupun dingin. Dari penemuan ini juga kemiringan garis edar Matahari dan lintang suatu tempat bisa diketahui.
            Rubu’ Mujayyab Pada Masa Islam
Rubu’ mengalami perkembangan yang cukup pesat pada masa Islam (Abad 5-13 M). David A. King menyebutkan bahwa setidaknya ada 4 jenis rubu’ yang sangat terkenal di dunia dan kesemuanya merupakan penemuan astronom muslim. Ia lebih sering menyebutnya dengan nama quadrant.
1.      Sine quadrant atau sinecal quadrant atau rubu’ al-mujayyab
Abu Abdillah Mohammad al-Khwarizmi (w. 840 M) adalah orang yang pertama kali mengetahui deskripsi sine quadrant dan mengembangkannya. Quadrant ini memuat tabel kecil yang berfungsi menunjukan waktu dan bujur Matahari. Quadrant jenis ini banyak digunakan oleh astronom muslim dan diletakkan dibelakang atau dikombinasikan dengan astrolabe.
Pada tahun 1333-an Masehi, Muhammad ibn Muhammad al-Mizzi, teman sejawatnya ibn al-Shatir, menciptakan quadrant yang bentuknya sama persis dengan quadrant yang beredar di Indonesia sekarang. Hanya saja, quadrant ini belum dilengkapi dengan qousul ashri. Menurut Hendro Setyanto, rubu’ al-mujayyab yang sekarang beredar di Indonesia adalah rubu’ al-mujayyab buatan ibn al-Shatir (1304-1375 M)
2.      Astrolabe quadrant atau almucantar quadrant atau quadrant novus
Astrolabe quadrant telah ditemukan astonomer Mesir pada abad ke-11 atau ke-12 Masehi. Salah satu orang yang berjasa dalam perkembangan Astrolabe quadrant adalah Abu Ali al-Hasan al-Marrakushi (1281-an) di daerah Maroko. Meskipun quadrant miliknya memiliki bentuk yang sama dengan astrolabe, namun sedikit lebih sederhana dengan adanya lapisan berisi garis-garis trigonometri dan tabel bujur kalender Matahari di salah satu sisinya dan rangkaian lingkaran yang merepresentasikan altitude. Karya – karya al-Marakushi yang luar biasa sekarang tersimpan di Museum of the Hstory of Science di Oxford, Inggris.
Ibnu al-Sarraj (1325-an M) juga merupakan salah seorang astronom yang berjasa dalam pengembangan astrolabe quadrant. Quadrant ini merupakan penyederhanaan dari bentuk astrolabe dan hanya menyediakan data-data untuk lintang tertentu. Di belakang astrolabe quadrant sering disediakan sine quarant dan horary quadrant. Quadrant ini juga mampu memecahkan semua permasalahan yang mampu dipecahkan oleh astrolabe. Astronom  Mamluk mengembangkan astrolabe quadrant untuk memecahkan berbagai permasalahan astronomi. Hal ini menyebabkan quadrant beberapa kali hampir menggantikan astrolabe di Syria, Mamluk (Mesir) , dan Ottoman (Turki).
3.      Horary quadrant atau quadrant vetus (sebutan oleh Orang Eropa)
Quadrant ini berfungsi untuk menunjukan waktu, terutama waktu shalat. Tulisan mengenai horary quadrant pernah muncul pada abad ke-9 Masehi di Bagdad dan dipelihara di Cairo. Horary quadrant, seperti halnya sine quadrant, sering ditemukan dibelakang astrolabe. Misalnya di belakang astrolabe milik ibn al-Sarraj.
4.      Sakkaziya quadrant atau universal quadrant.
Quadrant ini sebenarnya pengembangan dari universal quadrant yang ditemukan pertama kali oleh Ali Ibn Khalaf al-Shakkaz (abad ke-11) dan ditemukan kembali oleh ibn al-Sarraj (1325-an). Sakkaziya quadrant ditemukan oleh Jamal al-Din al-Maridini sekitar tahun 1400 M dan bisa digunakan untuk menyelesaikan berbagai permasalah astronomi bola di semua tempat. Hal ini menyebabkan sakkaziya quadrant disebut juga universal quadrant. Adapun nama sakkaziya sendiri berasal dari nama penemunya, Ali Ibn Khalaf al-Shakkaz. Tibugha al-Baklamshi adalah salah seorang astronom yang menulis tentang sakkaziya quadrant.
C.    Bagian-Bagian Rubu’ Mujayyab
Secara lengkap konsrtuksi rubu’ al-mujayyab yang sekarang beredar di Indonesia dan menjadi objek penelitian kali ini adalah sebagai berikut:
1.        Al-markaz (pusat)
       Yaitu : lubang kecil tempat menempelnya khaith .
2.        Text Box: Gambar 7 : Rubu’ al-mujayyabqausal-irtifa’ (busur berdiri)
Yaitu : busur yang melingkar pada rubu’ dan terbagi atas 90 derajat. Terdiriatas bagian-bagian yang sama bilangannya. Masing-masing bagian tersebut bernilai 1
                








                 derajat. Tertulis dengan angka dan diiringi dengan huruf jumal.
       Huruf jumal itu adalah :
أبجد
هوز
حطي
كلمن
سعفص
أ
ب
ج
د
ه
و
ز
ح
ط
ي
ك
ل
م
ن
س
ع
ف
ص
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
20
30
40
50
60
70
80
90

قرشت
ثخذ
ضظغ
ق
ر
ش
ت
ث
خ
ذ
ض
ظ
غ
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
Huruf ini dibentangkan dari awalnya sampai akhirnya  dan dinamakan  “ A’dad Mustawiyah “  dan sebaliknya dari akhirnya sampai awalnya  dan dinakan “ A’dad  Ma’kusah “  pada 18 bait , pada setiap Bait berukuran 5 derajat dan dia terbagi atas 12 buruj, dari awalnya sampai 30 derajat  adalah untuk buruj Hamal dan Mizan, dan darinya sampai 60 derajat bagi buruj  Tsur dan Aqrab dan darinya  sampai 90 derajat bagi buruj  Jauza’ dan Qaus dan dari kebalikannya dari akhirnya sampai  awalnya ada buruj Sartan dan jady kemudian  buruj asad dan dalwu  kemudian bagi buruj  Sumbulah dan Hut.
Buruj – buruj ini terbagi menjadi dua bagian  :
1.      Enam buruj adalah buruj sebelah  Utara
2.      Dan Enam Buruj adalah sebelah  Selatan
No
Buruj Sebelah Utara
Buruj Sebelah Selatan
Arab
Inggris
Indonesia
Arab
Inggris
Indonesia
1
Hamal
Aries
Domba Janntan
Mizan
Libra
Timbangan
2
Tsaur
Taurus
Sapi jantan
Aqrab
Scorpio
Kalajengking
3
Jauza’
Gemini
Buah/kembar
Qaus
Sagitarius
Busur
4
Syartan
Cancer
Kepiting
Jady
Copricorn
Anak kambing yang berumur 1 tahun
5
Asad
Leo
Singa
Dalwu
Aquarius
Timba
6
Sumbulah
Virgo
Tangkai/gadis
Hut
Pisces
Ikan

3.        Jaib al-tamam (cosinus)
Yaitu : bagian kanan dari rubu’ al-mujayyab sebagai penghubung markazdengantitik awal qaus. Garis-garis menyamping dari jaib al-tamam hingga qausal-irtifa’ disebut jaib al-mankusat (garis vertikal).
                                               



4.        Al-sittini (60)
Yaitu : bagian kiri dari rubu’ al-mujayyab sebagai penghubung markaz dengan akhrir qaus. Garis-garis menurun dari al-sittini hingga qausal-irtifa’ disebut jaib al-mabsuthah (garis horizontal).





5.        Al-Hadapatain (2 lubang)
Yaitu : dua lubang yang terdapat dalam 2 kotak diatas atas al-sittini.
6.         khaith (benang)
Yaitu : benang pada rubu’ al-mujayyab dan menempel pada markaz. Khait berfungsi sebagai alat bantu perhitungan menggunakan rubu’ al-mujayyab.
7.        Muri (penanda)
Yaitu : benang pendek yang disusun dan diikatkan pada khaith .
8.        Syaqul (Bandul)
Yaitu : Bandul yang digunakan sebagai pemberat dan tidak dibutuhkan dalam perhitungan. Syaqul berfungsi ketika rubu’ al-mujayyab dijadikan alat observasi.
9.        Mail al-A’dhom (deklinasi terjauh)
Yaitu: lingkaran kecil pada Jaib al-tamam. Tepatnya pada 23,45 pada al-sittini dan jaib al-tamam. Mail al-a’dhom berfungsi sebagai acuan deklinasi terjauh dalam penentuan deklinasi dengan rubu’ al-mujayyab.
10.    Qamah al-Aqdam (jari kaki tegak)
Yaitu : garis lurus dari al-sittini dan jaib al-tamam menuju qausal-irtifa’. Nilainya pada al-sittini dan jaib al-tamam adalah 7. Sedangkan nilainya pada qausal-irtifa’ adalah 6,7. Qamah al-Aqdam ini berfungsi untuk menghitung tinggi Matahari waktu ashar.
11.    Qamah al-ashabi' (Jari tangan tegak)
Yaitu :  garis lurus dari al-sittini dan jaib al-tamam menuju qaus al-irtifa’. Nilainya pada al-sittini dan jaib al-tamam adalah 12. Sedangkan nilainya pada jaib al-tamam adalah 11,55. Qamah al-ashabi’ berfungsi dalam penentuan ketinggian suatu benda.
12.    Al-tajib al-Awal (12a) dan al-tajib al-tsani (12b)
Adalah : bentuk setengah lingkaran dari rubu’ dengan sekala yang lebih kecil, yaitu ½ besar rubu’ biasa. Perhatikan busur dan nilainya baik pada al-sittini.Alat ini berfungsi untuk mempermudah dan mempercepat perhitungan dengan rubu’ al-mujayyab.
13.    qaus al-Ashr
 Yaitu  : garis yag memotong jaib-jaib pada busur yang membentang dari awal qausul irtifa’ sampai pada garis 42.20 derajat dari mustawa sittini.
D.    Fungsi Rubu’ Mujayyab
Secara fungsional Rubu’ memiliki tiga fungsi utama yaitu:
1.                            Alat Hitung
Dalam pengunaanya sebagai alat hitung, rubu’ ini dapat dilepaskan dari statifnya dan diletakkan secar horizontal. Secara konsep matematis, fungsi utama rubu’ adalah alat hitung yang dikenal sebagai orthogonal grid.
2.                            Alat Ukur
Fungsi rubu’ sebagai alat ukur adalah untuk mengumpulkan data fisik yang dapat diolah lagi dengan  menggunakan persamaan tertentu yang sesuai dengan kebutuhan pemakai. Misalnya untuk mengukur kedalaman sumur atau ketinggian suatu tiang, dsb.
3.                            Table Astronomi.
Pada awal penggunaannya, rubu’ atau  quadran banyak dipakai untuk mengamati benda langit. Pada waktu itu, konsepsi alam semesta yang digunkan adalah geosentris. Dalam pandangan geosentris, bumi merupakan pusat alam semesta dan benda-benda langit bergerak mengelilingi bumi dalam orbit yang bebentuk lingkaran sempurna. Hal ini yang menjadikan rubu’ sebagi sebuah table astronomi (posisi matahari) yang akurat pada saat itu. Dengan rubu’ kita dapat menentukan posisi matahari dalam bujur ekliptika atau Darojatu as-Syams dan deklinasi atau Mail as-Syams.

E.    Perhitungan Memakai Rubu’ al-mujayyab
Sebelum menggunakan rubu’ sebagai alat hitung sudut, kita harus memahami konsep dasar trigonometri pada rubu’ mujayyab terlebih dahulu. Konsep trigonometri rubu’ didasarkan pada perhitungan sexagesima (60). Dimana sin 90 = cos 0 = 60 dan sin 0 = cos 90 = 0. Kemudian bandingkan dengan konsep trigonometri yang biasa kita gunakan. Dimana sin 90 = cos 0 = 1 dan sin 0 = cos 90 = 0.
Karena perbandingan nilai dari trigonometri rubu’ dan trigonometri biasa adalah 60:1, maka nilai yang diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan rubu’ harus dibagi dengan nilai 60 agar diperoleh nilai yang sesuai dengan trigonometri biasa. Dan sebaliknya, nilai yang diperoleh dari trigonometri biasa harus dikali dengan nilai 60 agar menghasilkan nilai yang sesuai dengan rubu’ mujayyab.

1.         Menghitung Nilai Sinus
Untuk mengetahui nilai sinus pada rubu’ mujayyab, adalah dengan menentukan jaibul qous lalu dibagi dengan 60 agar nilainya sesuai dengan hasil kalkulator.
Misal:
Qous
Jaibul Qous
Jaibul Qous : 60
Kalkulator
Sin 90
60
1
1
Sin 30
30
0,5
0,5
Sin 15
15,5
0,2583
0,2588
Sin 45
42,5
0,7083
0,7071


2.         Menghitung Nilai Cosinus
Untuk mengetahui nilai cosinus pada rubu’ mujayyab, adalah dengan menentukan jaib tamamul qous lalu dibagi dengan 60 agar nilainya sesuai dengan hasil kalkulator. Tamamul qous adalah 90 – qous.
Misal:
Qous
Jaib Tamamul Qous
Jaib Tamamul Qous : 60
Kalkulator
Cos 90
0
0
0
Cos 30
52
0,8666
0,8660
Cos 15
58
0,9666
0,9659
Cos 45
42,5
0,7083
0,7071

3.         Menghitung Nilai Tangen dan Cotangen
Sebelum menentukan nilai tangen dan cotangen pada rubu’ mujayyab, kita harus mengetahui perbandingan tangen dan cotangen yaitu:
Tan α = Sin α
             Cos α
 
Cotan α = Cos α
                 Sin α
 
   

Untuk mengetahui nilai tangen pada rubu’ mujayyab, adalah dengan menentukan jaib qous dan jaib tamamul qous. Kemudian jaib qous dibagi jaib tamamul qous. Maka hasil pembagian tersebut adalah nilai tangen sudut.
Misal:
Qous
Sin α (Jaibul Qous)
Cos α (Jaib Tamamul Qous)
Sin α / cos α
Kalkulator
Tan 60
52
30
1,7333
1,7320
Tan 30
30
52
0,5769
0,5773
Tan 15
15,5
58
0,2672
0,2679
Tan 45
42,5
42,5
1
1