Oleh
: M. Ihtirozun Ni’am
Banyak
cara yang bisa dipakai dalam menentukan arah kiblat. Bisa dengan menggunakan
rubu’ mujayyab, sun dial, theodolit, mizwala ataupun peralatan-peralatan
lainnya. Akan tetapi dari sekian banyak cara tersebut, hanya orang-orang
tertentu saja yang bisa mengimplementasikannya, dalam hal ini yaitu ahli falak.
Karena kebanyakan orang sudah minder terlebih dahulu ketika dihadapkan dengan
rumus-rumus dan perhitungan-perhitungan matematis guna menentukan arah kiblat.
Maka, mengukur arah kiblat menjadi hal yang sakral yang tidak bisa dilakukan
oleh sembarang orang.
Padahal,
mengingat menghadap kiblat dalam shalat merupakan salah satu dari syarat sahnya
shalat yang mana bila tidak dipenuhi maka bisa menyebabkan tidak sahnya shalat
seseorang, maka seharusnya menentukan arah kiblat ini menjadi salah satu skill
yang harus dimiliki oleh setiap orang Islam guna memenuhi tuntutan peribadatan.
Pertannyaanya kemudian, adakah cara praktis yang bisa dilakukan oleh orang awam
guna menentukan arah kiblat tanpa harus menghadapi rumus-rumus yang rumit dan
perhitungan yang sulit?
Maka,
rashdul kibat-lah jawabanya. Rashdul kiblat merupakan suatu fenomena dimana
pada waktu tersebut matahari tepat berada di titik kulminasi atas Ka’bah, yakni
di titik bujur 39 derajat 50 menit dan di lintang 21 derajat 25 menit LU
(Lintang Utara). Dengan begitu, bayangan benda dari manapun yang terbentuk pada
waktu itu akan selalu mengarah ke Ka’bah. Analoginya bila di dalam suatu
ruangan dipasang lampu. Kemudian tepat di bawah lampu tersebut ditaruh sebuah
kardus. Di sebelah kiri dan kanan kardus tersebut diberdirikanlah sebuah
pulpen. Maka, pulpen yang berada di sebelah kanan kardus akan mempunyai
bayangan yang memanjang ke kanan dan mengarah ke kardus. Begitu pula pulpen
yang diberdirikan di sebelah kiri kardus. Pulpen tersebut akan mempunyai
bayangan yang memanjang ke kiri dan mengarah ke arah kardus. Begitu pula bila
pulpennya diberdirikan di arah utara, selatan, barat dan timur kardus. Maka
bayangannya pun akan mengarah ke kardus tersebut.
Analogi
sederhana tadi memberikan gambaran kepada kita bahwa jika Matahari tepat berada
di atas Ka’bah, maka bayangan benda di manapun akan mengarah ke Ka’bah. Kita
akan mengetahui lebih tepatnya bila benda yang kita jadikan acuannya
diberdirikan di tempat yang datar. Maka garis yang terbentuk akan teratur.
Adapun
waktu tepatnya peristiwa rashdul kiblat ini terjadi adalah ketika matahari
berada di titik kulminasi atas Ka’bah, yakni pada tanggal 28 Mei jika tahunnya
basithah (bukan kabisat) dan tanggal 27 Mei jika tahunnya kabisat, pada pukul
11:57:15 waktu Saudi. Karena selisih antara waktu Saudi dan Waktu Indonesia
Barat adalah 4 jam 20 menit 40 detik, maka secara bersamaan ini akan terjadi di
Indonesia pada pukul 16:17:55 WIB (Waktu Indonesia Barat).
Fenomena
ini akan terulang kembali pada tanggal 15 Juli (jika tahunnya kabisat) dan 16
Juli (jika tahunnya basithah) pada pukul 12:6:4 waktu Saudi atau pukul 16:26:44
WIB (Waktu Indonesia Barat). Jadi, pada tahun 2014 ini ada 2 kali kesempatan
untuk menentukan aah kiblat dengan mudah, tanpa melakukan perhitungan terlebih
dahulu.
Mengenai
langkah-langkah dalam prakteknya di lapangan yaitu : Pertama, letakkan
tongkat yang tegak di bidang yang datar. Bisa dengan melihat tiang bendera atau
pun tiang listrik. Pastikan bidang yang menjadi tumpuan tongkat tersebut
benar-benar datar. Dalam hal ini, untuk mengetahui kedatarannya bisa
menggunakan waterpass. Kedua, cocokkanlah jam yang dipakai dengan waktu
yang benar-benar tepat. Informasi mengenai wakt ini bisa diperoleh lewat radio,
televisi maupun internet. Ketiga, perhatikanlah bayangan yang muncul
dari tongkat tersebut ketika pukul 16:17:55 WIB (pada tanggal 28 Mei) atau
pukul 16:26:44 (pada tanggal 16 Juli). Bayangan yang terbentuk dari tongkat
tersebut adalah arah kiblat.
Cara
ini bisa dilakukan dimanapun, tidak terbatas pada tempat tertentu. Maka dari
itu, hendaknya pada waktu tersebut tidak hanya dilakukan pengecekan arah kiblat
masjid, atau pun musholla, tapi juga dilakukan pengecekan arah kiblat tiap-tiap
rumah. Supaya shalat yang dilakukan sehari-hari dapat lebih mantap dengan
mengetahui arah kiblat yang benar.